
Kualalumpur, Malaysia - Kekalahan Irfan Bachdim dkk di penyisihan grup B Piala AFF dari Malaysia masih menyisakan luka mendalam di hati para pendukungnya. Tak terkecuali di hati seorang ibu bernama Adenita yang ditemui reporter BDM di ruang tunggu keberangkatan Kuala Lumpur International Airport saat hendak kembali ke Jakarta selepas mendukung perjuangan skuad Garuda hari Sabtu malam.
Bu Ade maklum bahwa banyak pihak yang nyinyir dan mencaci maki kekalahan timnas Indonesia, dan mencoba mencari kambing hitam atas kegagalan ini. Tapi bagi bu Ade, kekalahan di medan perang lebih mulia ketimbang kalah sebelum berperang. Menang atau kalah, mereka tetap pahlawan Indonesia, kata bu Adenita yang bersama 2 anaknya menyempatkan diri berfoto bersama dengan Irfan Bachdim di airport.
Saya lebih respek dengan pemain yang bersedia berjuang demi bangsa dan negara, daripada pemain yang tak berani membela negara akibat dikekang oleh aturan klubnya. Mereka ibarat sudah kalah sebelum berperang. Hanya pecundang yang kalah sebelum berperang.
Saya tak peduli dengan Djohar Arifin atau La Nyalla, saya bukan mendukung perorangan, saya hanya mencintai timnas Indonesia. Djohar tumbang, rejeki saya tidak berkurang. La Nyala jadi pengganti, bukan berarti saya tambah rejeki. Tapi Indonesia selamanya tetap di hati.
Di akhir wawancara, bu Adenita berharap agar konflik di sepakbola Indonesia segera berakhir, dan elite sepakbola bisa bersatu padu menciptakan kejayaan sepakbola nasional. Jangan bawa agenda politis di sepakbola kita, karena itu akan menghancurkan sepakbola itu sendiri.Kualalumpur, Malaysia - Kekalahan Irfan Bachdim dkk di penyisihan grup B Piala AFF dari Malaysia masih menyisakan luka mendalam di hati para pendukungnya. Tak terkecuali di hati seorang ibu bernama Adenita yang ditemui reporter BDM di ruang tunggu keberangkatan Kuala Lumpur International Airport saat hendak kembali ke Jakarta selepas mendukung perjuangan skuad Garuda hari Sabtu malam.
Bu Ade maklum bahwa banyak pihak yang nyinyir dan mencaci maki kekalahan timnas Indonesia, dan mencoba mencari kambing hitam atas kegagalan ini. Tapi bagi bu Ade, kekalahan di medan perang lebih mulia ketimbang kalah sebelum berperang. Menang atau kalah, mereka tetap pahlawan Indonesia, kata bu Adenita yang bersama 2 anaknya menyempatkan diri berfoto bersama dengan Irfan Bachdim di airport.
Saya lebih respek dengan pemain yang bersedia berjuang demi bangsa dan negara, daripada pemain yang tak berani membela negara akibat dikekang oleh aturan klubnya. Mereka ibarat sudah kalah sebelum berperang. Hanya pecundang yang kalah sebelum berperang.
Saya tak peduli dengan Djohar Arifin atau La Nyalla, saya bukan mendukung perorangan, saya hanya mencintai timnas Indonesia. Djohar tumbang, rejeki saya tidak berkurang. La Nyala jadi pengganti, bukan berarti saya tambah rejeki. Tapi Indonesia selamanya tetap di hati.
Di akhir wawancara, bu Adenita berharap agar konflik di sepakbola Indonesia segera berakhir, dan elite sepakbola bisa bersatu padu menciptakan kejayaan sepakbola nasional. Jangan bawa agenda politis di sepakbola kita, karena itu akan menghancurkan sepakbola itu sendiri.
Sunber:disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Datang Di Sahabat Kapesi
silahkan tinggalkan komentar anda agar blog saya semakin maju